Ada kata “seharusnya” dibalik kenyataan. Tiadalah mengapa jika sesekali ia muncul, tetapi apa jadinya jika setiap waktu “seharusnya” muncul atas setiap perkara. Barangkali “seharusnya” dapat menjadi boomerang, membuat kita terpantul tinggi setelah terjatuh atau sebaliknya “seharusnya” membuat kita terpuruk ke dalam jurang terdalam setelah jatuh tak seberapa.
Mestinya “seharusnya” membuat kita tak seberapa lama untuk terdiam berpikir “mengapa” dan bertindak “bagaimana” sehingga kita menjadi “apa”.
Mestinya “seharusnya” tidak membuat kita mengutuk kenyataan dengan menabung kecewa.
Mestinya “seharusnya” membuat kita berlapang dada untuk berusaha dengan yakin Sang Pemilik Pena Kehidupan akan menakdirkan yang terbaik untuk kita.
Ketika “seharusnya” bermakna kufur, mudahkah Allah menurunkan atas kuasaNya untuk mengijabah atas apa yang kita minta?
Ketika “seharusnya” mengisyaratkan kita tak yakin akan pertolonganNya, akankah Allah berkata kun fayakun untuk kita?
Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari MUKA dan dari BELAKANG mereka, dari KANAN dan dari KIRI mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).’(QS.Al A’raf : 16-17)
Dan sesungguhnya yang Iblis maksud dari MUKA adalah Masa Depan, dari BELAKANG adalah Masa Lalu dan KANAN KIRI adalah Hari Ini.
Posted from WordPress for Android
hooo…ini ta
Hi kats 😀 tahu sendiri kan, dikira sering lihat. kan suka ada di twitter.
ndak memperhatikan…twit seringne cm buat feeder gambar-gambar kucing (ninja)
allah sang pemilik hati para hambaNya 🙂
Suka! Syukron 🙂